Koro Benguk Kaya Manfaat dalam Bidang Pangan dan Farmasi

By Admin


nusakini.com - Mucuna prurien adalah tanaman tahunan yang merambat, daun berbentuk lanceolate (bagian terlebar sekitar 1/3 dari pangkal dan menyempit di bagian ujung daun), dengan bunga berwarna ungu atau putih ini lebih dikenal dengan nama Koro Benguk. Polong Koro Benguk dilapisi bulu halus yang tipis, dalam setiap polong terdapat 4‒6 biji. Warna biji terdiri dari putih, hitam, dan belang.

Siklus hidup Koro Benguk berkisar antara 100‒300 hari. Kemampuan adaptasi Koro Benguk cukup luas, toleran terhadap cekaman abiotik, seperti kekeringan, kemasaman maupun defisiensi unsur hara. Tanaman ini tidak dapat tumbuh baik di daerah dingin dan basah.

Koro Benguk kaya akan protein (24‒31,44%), karbohidrat (42,79‒64,88%), lemak (4,1‒14,39%), serat (5,3‒11,5%), mineral, asam amino dan abu (2,9‒5,5%). Kandungan isoflavon seperti daidzin, genistein, faktor-II (6,7,4-trihydroxy isoflavone), dan glycitein (senyawa antioksidan pada kedelai) juga terdapat pada koro benguk.

Fakta menunjukkan, bahwa kandungan daidzin dan genistein pada koro benguk lebih tinggi dibandingkan kedelai. Tempe koro benguk juga memiliki faktor-II (6,7,4-trihydroxy isoflavone) dan genistein lebih tinggi dibandingkan tempe kedelai. Koro benguk berpotensi sebagai alternatif pengganti kedelai.

Koro benguk mengandung senyawa anti nutrisi seperti phytates, tannins, saponin dan alkaloid yang bersifat racun bagi manusia. Senyawa-senyawa ini menjadi salah satu faktor yang membatasi pemanfaatan koro benguk dalam bidang pangan. Namun senyawa-senyawa toksik tersebut dapat dikurangi dengan perlakuan perendaman, perebusan, pengukusan, atau fermentasi.

Proses pengolahan yang sulit menyebabkan pemanfaatan koro benguk di Indonesia kurang populer dibandingkan dengan aneka kacang lain. Koro benguk juga mengandung senyawa aktif bersifat alelopati yang berfungsi untuk menekan pertumbuhan tanaman lain disekitarnya. Diduga bahwa dengan adanya kandungan senyawa anti nutrisi tersebut, menyebabkan koro benguk resisten terhadap hama dan penyakit tanaman.

Saat ini, pemanfaatan koro benguk di bidang farmasi semakin berkembang. Koro benguk dilaporkan mengandung senyawa L-Dopa yang digunakan dalam pengobatan penyakit Parkinson. Dengan ditemukannya senyawa L-Dopa pada koro benguk, diharapkan dapat menggantikan senyawa L-Dopa sintetik yang dapat memberikan efek samping jika digunakan jangka panjang.

Berdasarkan beberapa penelitian, daun dan biji koro benguk mengandung senyawa yang berperan sebagai anti kanker, anti virus, anti mikrobia, neuroprotektif, anti inflamasi, dan anti oksidan, serta untuk perawatan kulit. Bahkan di Nigeria, koro benguk digunakan untuk mengobati racun karena bisa ular.

Koro benguk mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai bahan pangan alternatif dan dikembangkan di bidang kesehatan. Eksplorasi keragaman dan pemanfaatan Koro benguk perlu dilakukan di Indonesia. Pengembangan koro benguk di lahan-lahan suboptimal dan teknologi pascapanen perlu diteliti lebih dalam untuk meningkatkan pemanfaatan koro benguk. (p/mk)